Berusahalah Memahami Apa Yang Dimaksud (kan) Bukan Apa Yang Diucap (kan)

ikan

Rabu, 30 Mei 2012

Klasifikasi dan Deskripsi Ikan Gabus (Channa striata)

Ikan Gabus termasuk kedalam hewan karnivora yang hidup didasar perairan, cenderung hidup dirawa, sungai dan perairan keruh. Saanin (1976) mengklasifikasikan ikan Gabus sebagai berikut: Kelas Pisces, Ordo Teleostei, Famili Ophiochephalidae, Spesies (Channa striata).
Ikan Gabus mempunyai bentuk tubuh agak bulat, panjang dan makin ke ekor makin gepeng. Bagian punggungnya cembung sedangkan bagian ventralnya rata. Sirip punggung mempunyai jari-jari lemah lebih panjang dan lebih lebar dari dubur dengan 38-47 jari-jari lemah. Sedangkan linealiteralisnya sempurna dengan 52-57 sisik dan ikan ini mempunyai panjang sampai 100cm (Djuhanda, 1981).
Komposisi kimia dari ikan gabus menurut Sayuti dalam Rizki (2005) adalah kadar air sebanyak 75,01%, protein 17,06%, lemak 0,44% dan abu 1,43%. Sugito dan Hayati (2006), menambahkan ikan gabus mempunyai kandungan protein yang tinggi (17%), kandungan lemak yang rendah (1%) dan memiliki daging yang putih.
Menurut Suprayitno (2003), masyarakat sampai sekarang sangat sedikit yang mengenal manfaat ikan gabus ini. Padahal, ikan gabus ini masih mudah ditemukan di pasar-pasar tradisional, bahkan pasar-pasar modern dalam bentuk segar maupun kering alias ikan gabus asin. Sayangnya, belum banyak orang yang menjadikan ikan gabus sebagai lauk favorit. Padahal, selain rasanya yang lezat, ikan gabus juga memiliki manfaat yang sangat besar untuk kesehatan.
Ikan gabus sangat kaya akan albumin, yaitu salah satu jenis protein penting. Albumin merupakan jenis protein terbanyak di dalam plasma yang mencapai kadar 60 persen (http://www.fishyforum.com., 2010). Menurut Astuti (2008), albumin berada di dalam darah untuk meningkatkan daya tahan tubuh, mengatur keseimbangan air dalam sel, mengeluarkan produk buangan, dan memberi gizi pada sel untuk pembentukan jaringan sel baru sehingga mempercepat pemulihan jaringan sel tubuh yang terbelah pasca operasi atau pembedahan dan luka.
Albumin diperlukan tubuh manusia setiap hari, terutama dalam proses penyembuhan luka-luka. Pemberian daging ikan gabus atau ekstrak proteinnya telah dicobakan untuk meningkatkan kadar albumin dalam darah dan membantu penyembuhan beragam penyakit, dari kekurangan gizi, diabetes, autis, hingga HIV-AIDS (http://www.wikipedia.com., 2007)
.
DAFTAR PUSTAKA

Adawyah, R. Djuhanda, T., 1981. Dunia Ikan. Amico. Bandung. 191 hal
Astuti, 2008. Ikan Gabus dan Albumin. Http://Www.Fajarqimi.Com/Kaltim-Post. (Diakses, 20 Oktober 2010)
Saanin, H. 1976. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan Bagian 1. Bina Cipta. Bandung. 520 hal.
Suprayitno, Eddy, 2003. Potensi Serum Albumin dari Ikan Gabus. http://www.gatra.com/artikel.php. Diakses pada tanggal 27 Oktober 2010.
Rizki, B., 2005. Pengaruh Metode Pengasapan Terhadap Mutu Abon Ikan Gabus (Channa striata) Asap selama Penyimpanan. Skripsi Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Pekanbaru : Universitas Riau 64 (4) hal.
Sugito dan Hayati. 2006. Penambahan Daging Ikan Gabus dan Aplikasi Pembekuan pada pembuatan Pempek Gluten. Jurnal Fakultas Pertanian. Universitas Sriwijaya, Sumatera Selatan.
http://www.wikipedia.com. 2007.

Klasifikasi dan Deskripsi Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus)


Ikan lele dumbo diklasifikasikan ke dalam kelas Pisces, ordo Siluridae, Subordo Ostariophysi, family Claridae, genus Clarias, dan Spesies Clarias gariepinus (Suyanto,2002).
Lele dumbo merupakan satu jenis hibrida ikan lele yang baru diintroduksikan ke Indonesia dari mancanegara yaitu Taiwan. Ikan ini merupakan hasil kawin silang antara lele asli Taiwan Clarias focus dengan lele Afrika Clarias mossambicus. Ikan ini mempunyai sifat-sifat yang baik yaitu cepat pertumbuhannya dan dapat mencapai ukuran besar dalam waktu relatif pendek (Suyanto,2002).
Lele dumbo memiliki bentuk tubuh panjang, agak bulat, kepala gepeng, tidak bersisik, mulut besar, warna kelabu sampai hitam. Di sekitar mulut terdapat kumis yang dapat di gerkan untuk meraba makanannya. Kulit lele dumbo berlendir tidak bersisik, berwarna hitam pada bagian punggung dan bagian samping. Sirip punggung, sirip ekor dan sirip dubur merupakan sirip tunggal sedangkan sirip perut dan sirip dada merupakan sirip ganda. Pada sirip dada terdapat duri yang keras dan runcing yang disebut patil. Patil lele dumbo tidak beacun (Suyanto,2002).
Menurut  Prihartono et al., (2003) menyatakan bahwa ikan lele dumbo memiliki berbagai keunggulan dibanding lele lokal sehingga saat ini lele dumbo menjadi komoditas yang sangat populer dan dapat mendatangkan keuntungan sangat besar. Beberapa keunggulan itu antara lain: 1) tumbuh lebih cepat, 2) dapat mencapai ukuran lebih besar, 3) lebih banyak kandungan telur dan 4) pakan tambahan dapat bermacam-macam.
Komposisi kimia daging ikan lele dumbo adalah sebagai berikut: protein 17,7%, air 76%, lemak 4,8%, mineral 1,2% dan bahan organik 0,8-2%.
 

DAFTAR PUSTAKA
  
Suyanto,S.R.2002. Budidaya Ikan lele.Penebar Swadaya.Jakarta.100 hal.

Prihartono,R.E., Juansyah Rasidik dan Usni Arie.2003. Mengatasi permasalahan Budidaya Lele Dumbo. Penebar Swadaya. Jakarta. 86 hal.

Selasa, 29 Mei 2012

IKAN ASAP


ikan asap merupakan cara pengawetan ikan dengan menggunakan asap yang berasal dari kayu atau bahan organik lainnya, pengasapan dilakukan dengan tujuan: 1) untuk mengawetkan ikan (banyak dilakukan dinegara-negara berkembang dengan memanfaatkan bahan alam berupa kayu yang melimpah dan murah), 2) untuk memberi rasa dan aroma yang (Murniayati dan Sunarman, 2000).
Proses pengasapan merupakan gabungan aktivitas penggaraman, pengeringan, dan pengasapan. Adapun tujuan utama proses penggaraman dan pengeringan adalah untuk membunuh bakteri dan membantu mempermudah melekatnya partikel-partikel asap waktu proses pengasapan berlangsung (Afrianto dan Liviawaty, 1994).
Komposisi dari senyawa-senyawa yang terdapat pada asap dengan cara pembakaran adalah sebagai berikut: formaldehid (0,06%), keton (0,19%), asam formiat (0,43 %), asam asetat (1.80%), metil alkohol (1,04%) dan phenol (1,70%) (Zaitev dalam Yuhandri, 1998). 
Menurut Clifford et. al dalam Swastawati (1997), fraksi-fraksi phenol sangat penting dalam pemberian rasa dan aroma pada ikan asap. Komponen fenol yang utama yang memberikan rasa keasaman adalah 2,6 dimetoksi fenol, gualacol, 4 metil gualocol dan fraksi lain seperti laktane dan furane.
Menurut Gudaszawski dalam Swastawati (1997), warna, rasa dan bau ikan asap tergantung pada penyerapan asap selama proses pengasapan sedangkan phenol merupakan salah satu komponen (partikel) yang terdapat dalam asap yang dapat menyebabkan hasil asapan bermutu tinggi.
Ikan asap adalah ikan yang diawetkan dengan panas dan asap yang dihasilkan dari pembakaran kayu keras yang banyak menghasilkan asap dan lambat terbakar. Asap mengandung senyawa phenol dan formaldehida, masing-masing bersifat bakterisida (membunuh bakteri). Kombinasi kedua senyawa tersebut juga bersifat fungisida (membunuh kapang). Kedua senyawa membentuk lapisan mengkilat pada permukaan ikan. Panas pembakaran juga membunuh mikroba,dan menurunkan kadar air ikan. Pada kadar air rendah bahan lebih sulit dirusak mikroba (Warta riset dan Teknologi, 2000).
Selain menggunakan kayu keras menurut Sudarmadji dalam Chamidah et. al (1999), jenis bahan bakar tempurung kelapa mengandung komposisi kimia yaitu phenol 3,13%, karbonit 9,3% dan asam asetat 9,2%.
Untuk membuat ikan asap, ikan terlebih dahulu disiangi dan dicuci bersih, usahakan agar isi perut dikeluarkan melalui bagian ingsang sehingga ikan asap dalam keadaan utuh ( Departemen Kelautan dan Perikanan-Banten, 2003). Asap yang dihasilkan menyebabkan ikan asap mengkilat. Sifat mengkilat ini dihasilkan karena timbulnya reaksi-reaksi kimia dari senyawa dalam asap yaitu formaldehida dengan phenol yang membentuk lapisan damar tiruan pada permukaan ikan sehingga menjadi mengkilat seperti keemasan (Moeljanto, 1992).

DAFTAR PUSTAKA
Afrianto, E dan E. Liviawaty, 1994. Pengawetan dan Pengolahan Ikan. Yogyakarata.123 hal.
Swastawati, F. 1997. Kajian Tentang Penggunaan Teknik Pengasapan Tradisional dan “Liquid Smoking” Terhadap Kadar Phenol Ikan Asap yang dihasilkan. Laporan Hasil Penelitian Fakultas Perikanan dan Ilmu kelautan Diponegoro. Semarang
Murniayati, A.S, Sunarman. 2000. Pendinginan, Pembekuan dan Pengawetan Ikan. Kanisius, Yogyakarta. 218 halaman
Yuhandri. 1998. Studi Pengasapan Ikan Baung (Macrones sp) Dengan Menggunakan Asap Cair. Skripsi Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau, Pekanbaru. 52 halaman (tidak diterbitkan).
Warintek.go.id 2000 Ikan Asap (ikan sale) Cara Pengasapan Cair. Pangan/ikam,%20 daging, %20telor%20 dan%udang/ikan_asap_cara_cair.
Chamidah, A. Tjahyono dan Rosidi. D.1999. Pengembangan produk Tradisional Ikan Baung (Chanos-chanos F). Asap dengan Metode Pengasapan Cair. Laporan penelitian Dosen Muda Pusat Kajian Makanan Tradisional.Lembaga Penelitian Universitas Brawijaya
Moeljanto, R. 1992. Pengawetan dan Pengolahan hasil Perikanan. Penebar Swadaya, Jakarta. 159 halaman.


KLASIFIKASI IKAN JAMBAL SIAM (Pangasius hypopthalmus)


Saanin (1968), dalam taksonominya mengklasifikasikan ikan patin termasuk phylum Chordata, kelas Pisces, ordo Ostariophysi, family Pangasidae, genus Pangasius dan spesies Pangasius sucthi. Selanjutnya Robert dan Vithayanon (dalam Idasary dan Adelina 2000), menyatakan bahwa nama jenis impor yang dikenal dengan nama Pangasius sucthi telah mengalami perubahan sinonim menjadi Pangasius hypopthalmus.
Menurut Sumantadinata dalam Fitri (2006), Ikan patin termasuk jenis catfish air tawar, dengan ciri morfologi sebagai berikut: mempunyai badan yang memanjang dan pipih, posisi mulut subterminal ( bawah, dengan empat sungut, sirip pungggung berdiri, bersirip tambahan (adifose fin), bentuk sirip agak bercagak dengan bagian tepi bewarna putih dengan garis hitam ditengah, 150 cm.
Ikan jambal siam bersifat nokturnal (melakukan aktivitas dimalam hari) sebagaimana umumnya ikan catfish lainnya. Selain itu ikan jambal siam suka bersembunyi didalam liang-liang ditepi sungai yang merupakan habitat hidupnya, hal yang membedakan ikan jambal siam pada ikan catfish pada umumnya yaitu sifat ikan jambal siam termauk omnivora atau golongan pemakan segala. Di alam makanan ikan ini antara lain ikan-ikan kecil lainnya, cacing, detritus, serangga, biji-bijian, udang-udangan kecil, dan moluska (Susanto dan Amri, 1996)
Menurut Siregar (1995), bahwa komposisi kimia ikan jambal siam adalah 14-16% protein, lemak 6-13%, Kadar air 75-80% dan kandungan lemaknya semakin tinggi dengan semakin besarnya ukuran ikan.


DAFTAR PUSTAKA

Fitri. 2006. Pengaruh Penambahan Asam Asetat Dengan Konsentrasi Berbeda Terhadap Ikan Jambal Siam (Panagasius suchi) Asap. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Riau. 54 Halaman (tidak diterbitkan).
Saanin, H. 1968. Taksonomi dan Kunci identifikasi ikan Jilid I dan II. Bina Cipta, Bandung 250 halaman.
Siregar, Y.I. 1995. Influence of Dietary Protein Growth. Dress-Out Yield and Body Composition of Pangasius sutchi. Laporan Penelitian. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Riau, Pekanbaru. 50 halaman. (tidak diterbitkan).
Susanto, H, dan Amri K. 1996. Budidaya Ikan Patin. PT. Penebar Swadaya. Jakarta.