Berusahalah Memahami Apa Yang Dimaksud (kan) Bukan Apa Yang Diucap (kan)

ikan

Selasa, 29 Mei 2012

KLASIFIKASI IKAN NILA (Oreochromis niloticus)

Secara umum  klasifikasi  ikan  nila  menurut  Trewavas  dalam  Suyanto (2003),  adalah sebagi berikut; Filum Chordata, Sub Filum Vertebrata, Kelas Osteichtyes, Sub Kelas Acanthopterigii, Ordo Percomophy, Sub Ordo Percoidea, Famili Cichilidae, Genus Oreochromis, Spesies Oreochromis niloticus.
Menurut Saanin (1986), ikan nila mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : bentuk tubuh panjang dan ramping, sisiknya besar berjumlah 24 buah, terdapat gurat sisi (linea lateralis) terputus-putus di bagian tengah badan kemudian berlanjut tetapi letaknya lebih kebawah dari pada letak garis yang memanjang di atas sirip dada,  matanya menonjol dan bagian tepinya berwarna putih. Tubuh berwarna kehitaman atau keabuan, dengan beberapa pita gelap melintang (belang) yang makin mengabur pada ikan dewasa. Ekor bergaris-garis tegak berjumlah 7-12 buah.
Ikan nila dilaporkan sebagai pemakan segala (omnivora), pemakan plankton, sampai pemakan aneka tumbuhan sehingga ikan ini diperkirakan dapat dimanfaatkan sebagai pengendali gulma air. Ikan ini mudah berkembang biak. Secara alami, ikan nila (dari perkataan Nile, Sungai Nil) ditemukan mulai dari Syria di utara hingga Afrika Timur sampai ke Kongo dan Liberia. Pemeliharaan ikan ini diyakini pula telah berlangsung semenjak peradaban Mesir purba. Karena mudahnya dipelihara dan dibiakkan, ikan ini segera diternakkan di banyak negara sebagai ikan konsumsi, termasuk di berbagai daerah di Indonesia. Ikan nila dijual dalam keadaan segar, dan daging ikan nila sering dijadikan fillet (Wikipedia, 2010).

Suyanto (2003), ikan nila hidup di perairan tawar seperti sungai, danau, waduk dan rawa. Ikan nila dapat hidup di perairan yang dalam dan luas maupun di kolam yang sempit dan  dangkal dengan kisaran kadar garam 0-35 permil. Nila juga dapat hidup di sungai yang tidak terlalu deras aliranya. Suhu optimal untuk ikan nila antara 25-300C.
Djarijah  (2002),  menyatakan  bahwa  ikan  nila  dan  mujair  merupakan sumber  protein  hewani  murah  bagi  konsumsi  manusia.  Karena  budidayanya mudah,  harga  jualnya  juga  rendah.  Budidaya  dilakukan  di  kolam-kolam  atau tangki  pembesaran.  Pada  budidaya  intensif,  nila  dan  mujair  tidak  dianjurkan dicampur dengan ikan lain karena  memiliki perilaku agresif. Nilai kurang bagi ikan ini sebagai bahan konsumsi adalah kandungan  asam lemak omega-6 yang tinggi sementara asam lemak omega-3 yang rendah. Komposisi ini  kurang baik bagi mereka yang memiliki penyakit yang berkaitan dengan peredaran darah.
Komposisi  kimia  daging  ikan  nila  menurut  Rukmana  (2003),  adalah sebagai berikut; air 65%, protein 17,5%, lemak 3,3% dan abu 0,9%. Ditambahkan Awang et al., (2002)  ikan nila mengandung sumber asam amino yang berguna seperti treonin (175,2 mg/g), leusin  (62 mg/g), lisin (20,5 mg/g), metionin (11 mg/g), fenilalanin (30 mg/g) dan tryptophan (15 mg/g).

DAFTAR PUSTAKA

Saanin, H. 1986. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan. Bina Cipta. Jakarta. 520 hal.

Suyanto, S.R., 2003. Nila. Penebar Swadaya. Jakarta. 105 halaman.

Wikipedia. 2010. Ikan Nila. http://id.wikipedia.org/wiki/Ikan_nila. Di akses pada Maret 2011.

Djauhariya, Endjo. 2003. Mengkudu (Morinda citrifolia L) Tanaman Obat Tradisional. Perkembangan Teknologi 15(1): 18-23.

Rukmana.  R.  2003.  Ikan  nila,  Budidaya  dan  Prospek  Agribisnis.  Kanisius. Yogyakarta. 95 halaman.

2 komentar:

  1. ikan nila jika di pelihara di air yang kurang atau tidak mengalir bagus ngga gan?

    BalasHapus
  2. Lebih bagus di air mengalir kalau menurut saya gan, soalnya air terus berganti....

    BalasHapus